Posts

Showing posts from February, 2019

Kantornya gedung tua milik Johan Johor di Muara

Pak Wangsa Sekretaris Pribadi Bung Hatta selalu memberi prioritas waktu, maklum Bung Hatta sangat disiplín untuk menerima tamu, waktu istirahat, membaca, atau menulis dalam kehidupan beliau sehari-hari. Harun Zain sangat cermat mencatat butir- butir yang disampaikan sesepuh orang awak itu. Salah satu cara terselubung untuk menggugah orang awak pulang kampung, Harun Zain selaku Rektor Universitas Andalas memboyong team kesenian mahasiswa perguruan tinggi ter- sebut show di Jakarta. Lagu Lintuah ciptaan komponis Ibenzani Usman, yang amat menyentuh sukma, selalu dilan- tunkan. Lagu ini menggambarkan keprihatinan orang awak di kampung. Begitu pula lagu gamat orang Padang "Lah habei padei delc jawei…" MACAM-MACAM DUGAAN SETELAH sama-sama berada di Padang, Harun Zain dan kami sering berdiskusi membicarakan nasib daerah ini dengan mengikutsertakan beberapa tokoh mahasiswa Universitas Andalas dan IKIP,antara lain Saidal Bahauddin, Hasnil Sahim, Sofyan Asnawi, dan Muslim Ily

Juga menemui tokoh-tokoh Minang

Perkembangan pesat diawali masa pemerintahan Gubernur Harun Alrasjid Zain, satunya gubernur sipil di Indonesia pada awal Orde Baru. jutnya, saya akan berkisah tentang ini lebih dulu. Harun Zain: Dani Rektor Jadi Gubernur rempuan terkenal yang terlibat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, berperan penting sebagai juru bahasa perundingan RI dengan Sekutu Inggris saat pertempuran berkecamuk. Dokter gigi ini pun salah seorang pendiri Ke- pe satuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) Angkatan 66 Saya juga diperkenalkan Hasjim Ning pada Ir. Januar Muin, jebolan ITB Bandung "Ini Januar Muin, sudah pulang kampung juga. Dia mem- bangun proyek PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Batang Agam, yang sudah lama dicita-citakan Bung Hatta. Dana proyeknya tersendat-sendat, tapi akan kita perjuangkan,"ujar Hasjim Ning menukas. Insya Allah 'da. Januar Muin, jebolan ITB Bandung "Ini Januar Muin, sudah pulang kampung juga Itulah kini yang sedang kami urus mener- bitkan k

Kami dengan sekitar 65 karyawan

Beliau aniLetkol Sjarwani, Kapten Sudiro, merupakan iyo-iyo (bertukar pikiran) Pa rganisasi antek PKI yang jadi sasaran operasi peng- gan antara lain IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia), Menerbitkan Koran "Aman Makmu ok Aman Makmur-lah pertama-tama di Padang mem- opori pengganyangan PKI dengan mengerahkan wartawan an karyawannya yang sedang menganggur akibat pem kelompok bredelan Kami dibantu oleh beberapa perwira dan prajurit. Kodam /17 Agustus untuk menempel pamflet di seantero kota mencorat-coret tembok dengan kata-kata seperti: Ganyang PKI, Ganyang Aidit, Subandrio Antek Peking, Ganyang Rahmat, Ganyang Sutan Djohan dan sebagainya. Untuk pamflet kami pakai sisa-sisa kertas koran yang belum dicetak, sedang untulk corat-coret kami pakai tinta cetak Aksi tersebut kami lakukan mulai tengah malam 3 Oktober 1965, sampai subuh, lebih kurang 48 jam setelah peristiwa G30S terkutuk di Lubang Buaya. Kami dengan sekitar 65 karyawan Aksi pemasangan pamflet dan plakat antikomunis b

Parman, Sutojo dan Panjaitan

Modal makin ciut, kami Hari itu Jumat pagi, 30 September 1965. Tak seperti biasanya Pagi-pagi kami sudah ke kantor Harian Aman Makmur Jalan Damar 54. Tepatnya di gedung kantor Harian Haluan yang lama. Padahal kami dengan sekitar 25 wartawan, dan kar- yawan tata usaha, sedang menganggur. Waktu itu surat kabar kami dibredel. Meskipun dibredel, sikap kritis kami terhadap gerakan komunis juga tidak pernah melunak, tapi tetap tegar. Kaum komunis pernah amat gusar, misalnya, karena Aman Makmur dalam sebuah analisis yang ditulis H. Waktu itu surat kabar kami dibredel Rosihan Anwar di bawah nama samaran pernah mengemukakan tentang berlangsung- nya perpecahan kaum komunis, yang satu di bawah pengaruh Uni Soviet dan yang lain di bawah pengaruh Mao Ze Dong idak terbit, kok kami masih mengantor? Setidaknya pul ngobrol menganalisis peristiwa politik yang se- makin memanas dalam prolog pemberontakan PKI kedua Sebelumnya tahun 1948 antek Stalin ini juga memberontak di menikam Pemerinta

Saya katakan itu bahagian dari fungsi pers melakukan sosial-kontrol

DIPERIKSA MALAM-MALAM Saat itu surat kabar Aman Makmur baru saja beberapa bulan terbit. Saya sering ke Bukittinggi, menemui para koresponden. Juga untuk melihat pasar sampai di mana sambutan masya- rakat Sumatra Barat atas kehadiran surat kabar ini. Pada suatu hari saya ke Bukittinggi lagi. Di salah satu titik jalan raya Padang-Bukitttinggi, tepatnya sebelum Kayu Tanam, ada sebuah jembatan seperti tidak kunjung selesai. g bekerja. Saya katakan itu bahagian dari fungsi pers melakukan sosial-kontrol Saya tulis di pojok Tan Tidak tampak kegiatan oran Baro, menanyakan kapan Jembatan Panjang tersebut selesai. Paginya tersiar. Malamnya di Padang, sekitar pukul 23.00, saya dipanggil pertelepon oleh Asisten V/Teritorial Kodam III/ 17 Agustus Kolonel Imam Subandi. Ternyata di rumahnya Jalan Sudirman Padang sudah ada Kepala Dinas Pekerja Umum (PU) Sumatra Barat, Ir. Martias. Tanpa basa basi, perwira tersebut langsung bertanya kepada saya, kok berani menulis pojok itu. Sa