Parman, Sutojo dan Panjaitan

Modal makin ciut, kami Hari itu Jumat pagi, 30 September 1965.

Tak seperti biasanya Pagi-pagi kami sudah ke kantor Harian Aman Makmur Jalan Damar 54.

Tepatnya di gedung kantor Harian Haluan yang lama.

Padahal kami dengan sekitar 25 wartawan, dan kar- yawan tata usaha, sedang menganggur.

Waktu itu surat kabar kami dibredel.

Meskipun dibredel, sikap kritis kami terhadap gerakan komunis juga tidak pernah melunak, tapi tetap tegar.

Kaum komunis pernah amat gusar, misalnya, karena Aman Makmur dalam sebuah analisis yang ditulis H.

Waktu itu surat kabar kami dibredel

Rosihan Anwar di bawah nama samaran pernah mengemukakan tentang berlangsung- nya perpecahan kaum komunis, yang satu di bawah pengaruh Uni Soviet dan yang lain di bawah pengaruh Mao Ze Dong idak terbit, kok kami masih mengantor? Setidaknya pul ngobrol menganalisis peristiwa politik yang se- makin memanas dalam prolog pemberontakan PKI kedua Sebelumnya tahun 1948 antek Stalin ini juga memberontak di menikam Pemerintah RI dari belakang yang sedang uang melawan tentara Belanda.

Wakil Presiden Hatta Ienteri Pertahanan waktu itu, tanpa ragu meme- TNI menghancurkan PKI.

Gembong PKI Muso yang sjarfucmbali dari Moskow dan bekas Perdana Menteri Amir terbunuh di tangan pasukan Siliwangi yang long Madiun ber) barukemba t orbun march dari Jawa Barat.

Menerbitkan Koran "Aman Makmur 1965, wartaberita RRI berubah.

Tidak ada ulangan proklamasi "Dewan Revolusi".

Timbul image, ABRI sudah menguasai Jakarta kembali.

Siaran radio luar negeri dimonitor Hari Minggu, 3 Oktober RRI Jakarta menyiarkan penemuan sejumlah mayat perwira tinggi dalam keadaan nestapa dan dipurukkan dalam sumur tua di Lubang Buaya.

Mereka Jenderal Yani, S.

Parman, Sutojo dan Panjaitan.

Parman, Sutojo dan Panjaitan

Perwira- perwira antikomunis itu diculik dan dibunuh keji tanggal 30 September malam oleh pasukan Tjakrabirawa, pasukan elite pengawal Presiden Soekarno.

Jenderal Nasution, lolos dalam penculikan itu, sedang putri bungsunya Ade Irma tewas Aksi ini kemudian disebut G30S-PKI (Gerakan 30 September PKI) OPERASI PENGGANYANGAN KARENA sudah ada kepastian peristiwa makar itu, kami pimpinan Aman Makmur bersama beberapa karyawan mem- beli cat hitam atau merah untuk mencorat-coret dinding darn pagar tembok seantero kota Padang secara mencolok.

Kami lakukan mulai pukul 00.00 dini hari.

Sisa-sisa kertas koran yang belum dicetak kami tulis dengan tinta cetak.

Isinya macam-macam: "Ganyang PKI, dan antek-antek- nya", "Ganyang Rachmat Ketua (Committe Daerah) CD-PKT Sumatra Barat", "G Aidit Ketua CC (Central Committe) PKI" anyang Subandrio (Menlu)", "Ganyang Ketika kami kehabisan kertas dan tinta, Letkol Iman suparto memerintahkan Kapten Sudiro mensuplai bahan.

beliau juga ketua umum Pusat Koperasi Angkatan Darat Pusk puluh kaleng cat dan kertas putih.

p Bahan-bahan itu kami jemput ke toko koperasi tersebut di opad) Kodam II/17 Agustus, memberi kami berpuluh- Pasar Maberapa rekannya di Kodam seperti Mayor Wardjono, Ambaca Mayor S Perwira untukra antikomunis, sehingga jadi sahabat kami cng, lalu kami lanjutkan aksi corat-coret.

Comments

Popular posts from this blog

Catering Jogja Murah : Cara Membuat Masakan Pie Pot Ayam-Tarragon

Aqiqah Bandung Murah : Cara membuat quinche

Sewa Bus : Petualangan wisata di Suku Huu di Botswana